Selasa, 28 Januari 2014

MACAM-MACAM KOMUNIKASI


1. KOMUNIKASI MENURUT CARA PENYAMPAIAN

Pada dasarnya setiap orang dapat berkomunikasi satu sama lainnya karena manusia selain mahluk individu juga sekaligus mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Namun tidak semua orang dapat secara trampil berkomunikasi, oleh karena itu perlu dikenali berbagai cara penyampaian informasi. Kiranya tidak terlalu sulit untuk mengenali cara-cara penyampaian informasi dalam komunikasi, karena pada dasarnya kita telah melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.


Menurut cara penyampaian informasi dapat dibedakan menjadi :


a. Komunikasi Lisan


Komunikasi Lisan adalah komunikasi yang terjadi secara langsung dan tidak dibatasi oleh jarak, dimana dua belah pihak dapat bertatap muka, Misalnya dialog dua orang, wawancara maupun rapat dan sebagainya. Komunikasi tersebut terjadi secara tidak langsung karena dibatasi oleh jarak, misalnya komunikasi lewat telepon clan sebagainya.


b. Komunikasi Tertulis


Komunikasi Tertulis adalah komunikasi yang dilaksanakan dalam bentuk surat dan dipergunakan untuk menyampaikan berita yang sifatnya singkat, jelas tetapi dipandang perlu untuk ditulis dengan maksud-maksud tertentu. Contoh- contoh komunikasi tertulis ini antara lain:

1. naskah, yang biasanya dipergunakan untuk menyampaikan berita yang bersifat komplek.


2. blangko-blangko, yang dipergunakan untuk mengirimkan berita dalam suatu daftar.


3. gambar clan foto, karena tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata atau kalimat.


4. spanduk, yang biasa dipergunakan untuk menyampaikan informasi kepada banyak orang.


Dalam berkomunikasi secara tertulis, sebaiknya dipertimbangkan maksud dan tujuan komunikasi itu dilaksanakan. Disamping itu perlu juga resiko dari komunikasi tertulis tersebut, misalnya aman, mudah dimengerti dan menimbulkan pengertian yang berbeda dari yang dimaksud.




2. KOMUNIKASI MENURUT KELANGSUNGANNYA

Di dalam proses komunikasi dapat kita ketahui terjadinya interaksi dua belah pihak tersebut sebagai berikut :


l. Komunikasi Langsung


Proses komunikasinya dilaksanakan secara langsung tanpa bantuan perantara orang ketiga ataupun media komunikasi yang ada dan tidak dibatasi oleh jarak.


2. Komunikasi Tidak Langsung


Proses komunikasinya dilaksanakan dengan bantuan pihak ketiga atau bantuan alat-alat atau media komunikasi.





3. KOMUNIKASI MENURUT PERILAKU


Komunikasi merupakan hasil belajar manusia yang terjadi secara otomatis,sehingga dipengaruhi oleh perilaku maupun posisi seseorang. Menurut perilaku,komunikasi dapat dibedakan menjadi :


l. Komunikasi Formal


Komunikasi yang terjadi diantara anggota organisasi / perusahaan yang tata caranya telah diatur dalam struktur organisasinya, misalnya rapat kerja perusahaan, konferensi, seminar dan sebagainya.


2. Komunikasi Informal


Komunikasi yang terjadi di dalam suatu organisasi atau perusahaan yang tidak ditentukan dalam struktur organisasi dan tidak mendapat pengakuan resmi yang mungkin tidak berpengaruh terhadap kepentingan organisasi atau perusahaan,misalnya kabar burung, desas-desus, dan sebagainya.


3. Komunikasi Nonformal


Komunikasi yang terjadi antara komunikasi yang bersifat formal dan informal,yaitu komunikasi yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan organisasi atau perusahaan dengan kegiatan yang bersifat pribadi anggota organisasi atau perusahaan tersebut, misalnya rapat tentang ulang tahun perusahaan, dan sebagainya.

Maka dapat diketahui bahwa komunikasi formal, informal dan nonformal saling berhubungan, dimana komunikasi nonformal merupakan jembatan antara komunikasi formal dengan komunikasi informal yang dapat memperlancar penyelesaian tugas resmi, serta dapat mengarahkan komunikasi informal kepada komunikasi formal.





4. KOMUNIKASI MENURUT MAKSUD KOMUNIKASI


Bila diperhatikan dengan seksama, maka dapat diketahui bahwa komunikasi dapat terlaksana bila terdapat inisiatif dari komunikator maka maksud terlaksananya komunikasi lebih banyak ditentukan oleh komunikator tersebut. Menurut maksud dilakukan komunikasi dapat dibedakan sebagai berikut:


1. Pidato


2. Ceramah


3. Memberi prasaran


4. Wawancara


5. Memberi perintah atau tugas




Dengan demikian jelas bahwa inisiatif komunikator menjadi faktor penentu,demikian pula kemafipuan komunikator tersebutlah yang memegang peranan keberhasilan proses komunikasinya.




Jaringan Komunikasi


Jaringan komunikasi adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orng ke orang lain. Jaringan ini dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, kelompok kecil sesuai dengan sumberdaya yang dimilikinya akan mengembangkan pola komunikasi yang menggabungkan beberapa struktur jarngan komunikasi. Jaringan komunikasi ini kemudian merupakan sistim komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan pesan dari satu orang keorang lainnya. Kedua, jaringan komunikasi ini bias dipandang sebagai struktur yang diformalkan yang diciptakan oleh organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi.





PENGERTIAN PENGAWASAN


Pengawasan bisa didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis oleh manajemen bisnis untuk membandingkan kinerja standar, rencana, atau tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan dengan standar tersebut dan untuk mengambil tindakan penyembuhan yang diperlukan untuk melihat bahwa sumber daya manusia digunakan dengan seefektif dan seefisien mungkin didalam mencapai tujuan.

George R. Tery (2006:395) mengartikan pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tidankan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Robbin (dalam Sugandha, 1999 : 150) menyatakan pengawasan itu merupakan suatu proses aktivitas yang sangat mendasar, sehingga membutuhkan seorang manajer untuk menjalankan tugas dan pekerjaan organisasi.

Kertonegoro (1998 : 163) menyatakan pengawasan itu adalah proses melaui manajer berusaha memperoleh kayakinan bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaannya.

Terry (dalam Sujamto, 1986 : 17) menyatakan Pengawasan adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi atasannya, dan mengambil tindakan-tidakan korektif bila diperlukan untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan rencana.

Dale (dalam Winardi, 2000:224) dikatakan bahwa pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan.


Admosudirdjo (dalam Febriani, 2005:11) mengatakan bahwa pada pokoknya pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Siagian (1990:107) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Kesimpulannya, pengwasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan,merancang system informasi umpan balik,membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.





Tipe-Tipe Pengawasan


Dalam pengawasan terdapat beberapa tipe pengawasan seperti yang diungkapkan Winardi (2000, hal. 589). Fungsi pengawasan dapat dibagi dalam tiga macam tipe, atas dasar fokus aktivitas pengawasan, antara lain:


a. Pengawasan Pendahuluan (preliminary control).


b. Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control)


c. Pengawasan Feed Back (feed back control)


Penjelasan:


a. Pengawasan Pendahuluan (preliminary contro)


Prosedur-prosedur pengawasan pendahuluan mencakup semua upaya manajerial guna memperbesar kemungkinan bahwa hasil-hasil aktual akan berdekatan hasilnya dibandingkan dengan hasil-hasil yang direncanakan.


Dipandang dari sudut prespektif demikian, maka kebijaksanaan­kebijaksanaan merupakan pedoman-pedoman untuk tindakan masa mendatang. Tetapi, walaupun demikian penting untuk membedakan tindakan menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan mengimplementasikannya.


Merumuskan kebijakan-kebijakan termasuk dalam fungsi perencanaan sedangkan tndakan mengimplementasi kebijaksanaan merupakan bagian dari fungsi pengawasan.


Pengawasan pendahuluan meliputi:

Pengawasan pendahuluan sumber daya manusia.

Pengawasan pendahuluan bahan-bahan.

Pengawasan pendahuluan modal

Pengawasan pendahuluan sumber-sumber daya finansial


b. Pengawasan Pada Waktu Kerja Berlangsung (concurrent control)


Concurrent control terutama terdiri dari tindakan-tindakan para supervisor yang mengarahkan pekerjaan para bawahan mereka.


Direction berhubungan dengan tindakan-tindakan para manajer sewaktu mereka berupaya untuk:

Mengajarkan para bawahan mereka bagaimana cara penerapan metode­-metode serta prosedur-prsedur yang tepat.

Mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan dilaksanakan sebagaimana mestinya.


Proses memberikan pengarahan bukan saja meliputi cara dengan apa petunjuk-petunjuk dikomunikasikan tetapi ia meliputi juga sikap orang-orang yang memberikan penyerahan.


c. Pengawasan Feed Back (feed back control)


Sifat kas dari metode-metode pengawasan feed back (umpan balik) adalah bahwa dipusatkan perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai landasan untuk mengoreksi tindakan-tindakan masa mendatang.


Adapun sejumlah metode pengawasan feed back yang banyak dilakukan oleh dunia bisnis yaitu:

Analysis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)

Analisis Biaya Standar (Standard Cost Analysis).

Pengawasan Kualitas (Quality Control)

Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja (Employee Performance Evaluation)











Perubahan dan Pengembangan Organisasi





KEKUATAN-KEKUATAN PENYEBAB PERUBAHAN


A. Kekuatan-kekuatan eksternal


Perubahan organisasi terjadi karena adanya perubahan-perubahan dalam berbagai variable eksternal seperti system politik, ekonomi, teknologi, pasar, dan nilai-nilai. Kenaikan biaya dan kelangkaan berbagai SDA, keamanan karyawan dan peraturan-peraturan anti polusi, boikot pelanggan adalah beberapa contoh factor-faktor lingkungan yang merubah kehidupan orang baik sebagai karyawan maupun langgganan dalam tahun-tahun terakhir. Berbagai kekuatan eksternal dari kemajuan teknologi sampai kegiatan-kegiatan persaingan dan perubahan pola kehidupan, dapat menekan organisasi untuk mengubah tujuan, struktur dan metode operasinya.


Kekuatan-kekuatan perubahan eksternal, meliputi :


1. Kebudayaan


2. Pendidikan


3. Sosial


4. Politik


5. Ekonomi


6. Teknologi





B. Kekuatan-kekuatan internal


Kekuatan-kekuatan pengubah internal merupakan hasil dari factor-faktor seperti tujuan, strategi, kebijaksanaan manajerial dan teknologi baru serta sikap dan perilaku para karyawan. Sikap dan ketidak puasan karyawan seperti ditunjukkan dalam tingkat perputaran atau pemogokan, dapat menyebabkan berbagai perubahan dalam kebijaksanaan dan praktek manajemen.


Kekuatan-kekuatan perubahan internal, meliputi :


1. Kegiatan-kegiatan karyawan


2. Tujuan organisasi


3. Strategi dan kebijaksanaa


4. Teknologi


5.


Cara-cara Penanganan Perubahan


Ada dua pendekatan penanganan perubahan organisasi:


1. Proses perubahan reaktif. Manajemen bereaksi atas tanda-tanda bahwa perubahan dibutuhkan, pelaksanaan modifikasi sedikit demi sedikit untuk menangani masalah tertentu yang timbul. Sebagai contoh, bila peraturan baru dari pemerintah mensyaratkan perusahaan untuk mempunyai perlindungan terhadap kebakaran, maka manajer mungkin akan membeli alat pemadam kebakaran.


2. Program perubahan yang direncanakan (planned change), disebut sebagai proses proaktif. Manajemen melakukan berbagai investasi waktu dan sumberdaya lainnya yang berarti untuk menguibah cara-cara operasi organisasi. Perubahan yang direncanakan ini didefinisikan sebagai perancangan dan implementasi inovasi struktural, kebijaksanaan atau tujuan baru, atau suatu perubahan dalam filsafat, iklim dan gaya pengoperasian secara sengaja. Pendekatan ini tepat bila keseluruhan organissi, atau sebagian besar satuan organisasi, harus menyiapkan diri untuk atau menyesuaikan dengan perubahan.





Di dalam proses perubahan, terdapat seorang atau individu yang bertanggung jawab atas peranan kepemimpinan dalam proses pengelolaan perubahan. Individu ini disebut dengan “Change Agent” (pengantar perubahan). Sedangkan individu atau kelompok yang merupakan sasaran perubahan disebut “sistem klien”. Pengantar perubahan ini dapat berasal dari para anggota organisasi atau dapat sebagai konsultan dari luar organisasi.


Leavitt (1964), menyatakan bahwa organisasi dapat diubah melalui pendekatan struktur, pendekatan teknologi, dan pendekatan orang-orangnya. Pendekatan struktur adalah yang menyangkut aplikasi prinsip-prinsip perancangan organisasi yang misalnya: desentralisasi, tanggung jawab jabatan, garis wewenang yang tepat, penciptaan pembagian kerja dll. Pendekatan teknologi berkaitan dengan diubahnya teknik-teknik yang dipakai denga teknologi baru; perubahan ini dapat membawa konsekuesi pula pada perubahan struktur organisasi (menjadi pendekatan tekno-struktur). Bila pendekatan struktural dan teknik bermaksud untuk memperbaiki prestasi kerja organisasi melalui pengubahan situasi kerja yang tepat, maka pendekatan- pendekatan orang dimaksudkan untuk mengubah secara langsung perilaku karyawan melalui pemusatan dan ketrampilan, sikap, persepsi dan pengharapan mereka sehingga diharapkan akan melaksanakan tugas dengan lebih efektif. (dalam Handoko, 1991).





Penolakan Terhadap perubahan


Penanganan penolakan terhadap perubahan:


1. Pendidikan dan Komunikasi.

Biasa digunakan bila ada kekurangan informasi atau ketidakpastian informasi dan analisis.


2. Partisipasi dan Keterlibatan.

Biasa digunakan bila pengambilan inisiatif tidak mempunyai semua informasiyang dibutuhkan umtuk merancang perubahan dan oranglain mempunyai kekuasaan untuk menolak.


3. Kemudahan dan Dukungan.

Biasa dilakukan bila orang – orang pendakkan karna masalah – masalh adaptasi atau penyesuaian.


4. Negosiasi dan Persetujuan.

Biasa digunakan bila banyak dari orang atau kelompok dengan kekuatan cukup besar untuk menolak akan kalah dalm suatu perubahan.


5. Manipulasi dan Bekerjasama.

Biasa digunakan bila taktik – taktik lain dirasa kurang bekerja maksimal dan di sisi lain biaya atau cost yang dikeluarkan besar .


6. Paksaan eksplisit dan implisit.

Biasa digunakan bila kecepatan adalah hal yang paling penting dan para pengusul mempunyai kekuasaan yang besar.





Proses Pengelolaan Perubahan


Proses pengelolaan perubahan harus mencakup dua gagasan dasar untuk mencapai efektifitas organisasi. Pertama ada retribusi kekuasaan dalam struktur organisasi, kedua retribusi ini dihasilkan dari proses perubahan yang bersifat pengembangan.


Tahap-tahap Proses Perubahan :


1. Tekanan dan desakan


Proses ini dimulai ketika manajemen puncak mulai merasa adanya kebutuhan atau tekanan akan perubahan. Misalnya adanya perubahan penjualan, penurunan produktivitas dan sebagainya.





2. Intervensi dan Reorientasi


Digunakan untuk merumuskan masalah dan dimulai proses dengan membuat para anggota organisasi memusatkan perhatiannya pada masalah tersebut. Pihak-pihak luar sering digunakan, juga staff internal yang mempunyai dan dipandang ahli serta dapat dipercaya sebagai konsultan atau pengantar perubahan.





3. Diagnosa dan pengenalan masalah


Informasi dikumpulkan dan dianalisa mana yang penting dan tidak penting.





4. Penemuan dan pengenalan masalah


Pengantar perubahan mencoba menyelesaikan masalah-masalah yang diketemukan dan masuk akal dengan menghindari “metode-metode lama yang sama”. Bawahan didorong dan diajak untuk berpartisipasi, sehingga mereka lebih terikat pada serangkaian kegiatan.





5. Percobaan dan hasil


Pada tahap keempat diuji dalam program-program yang berskala kecil dan hasilnya dianalisa.





6. Pungutan dan penerimaan


Setelah diuji dan sesuai dengan keinginan, harus diterima secara sukarela dan harus menjadi sumber penguatan dan menimbulkan keterikatan pada perubahan.





Metode-metode penanganan penolakan terhadap perubahan


1. Pendekatan Pendidikan dan Komunikasi.


Pendekatan ini bisa digunakan bila ada kekurangan informasi atau ketidak tepatan informasi dan analisa.





2. Pendekatan Partisipasi dan Keterlibatan.


Pendekatan ini bisa digunakan bila pengembangan inisiatif tidak mempunyai semua informasi yang dibutuhkan untuk merancang perubahan dan orang-orang lainnya, mempunyai kekuasaan untuk menolak.





3. Pendekatan Kemudahan dan Dukungan.


Pendekatan ini bisa digunakan bila orang-orang melakukan penolakan karena masalah-masalah penyelesaian.





4. Pendekatan Negosiasi dan Persetujuan.


Pendekatan ini bisa digunakan bila banyak orang atau kelompok dengan kekuatan cukup besar untuk menolak akan kalah dalam suatu perubahan.





5. Pendekatan Manipulasi dan Bekerjasama.


Pendekatan ini bisa digunakan bila taktik-taktik lain tidak akan bekerja, atau mahal.





6. Pendekatan Paksaan Eksplisit dan Implisit.


Pendekatan ini bisa digunakan bila kecepatan adalah esensial dan para pengusul perubahan mempunyai kekuasaan cukup besar.





BERBAGAI PENDEKATAN PERUBAHAN ORGANISASI


Harold J. Leavitt menyatakan bahwa organisasi dapat diubah melalui pengubahan struktur, teknologi dan atau orang-orangnya.


1. Pendekatan struktur

Pengubahan struktur organisasi menyangkut modifikasi dan pengaturan sistem internal, seperti acuan kerja, ukuran dan komposisi kelompok kerja, sistem komunikasi, hubungan-hubungan tanggung jawab atau wewenang. Pendekatan struktural dibagi menjadi tiga kelompok yang terdiri dari :


a. Melalui aplikasi prinsip-prinsip perancangan organisai klasik. Pendekatan ini berusaha untuk memperbaiki penciptaan pembagian kerja yang tepat dari tanggung jawab jabatan para anggota organisasi, pengubahan rentang manajemen, deskripsi jabatan dan sebagainya.


b. Melalui desentralisasi. Hal ini didasarkan pada penciptaan satuan-satuan organisasi yang lebih kecil dan dapat berdiri sendiri dan memutuskan perhatian pada kegiatan yang berorientasi tinggi. Hasilnya perbaikan prestasi kerja.


c. Melalui modifikasi aliran kerja dalam organisasi. Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa aliran kerja dan pengelompokan keahlian yang tepat akan berakibat kenaikan produktifitas secara langsung dan cenderung memperbaiki semangat dan kepuasan kerja.





2. Pendekatan teknologi

Untuk mremperbaiki prestasi F.W. Taylor dan pengikutnya mencoba menganalisa dan memperbaiki interaksi-interaksi pada karyawan dan mesin-mesin untuk meningkatkan efisiensi sehubungan dengan perubahan teknologi adakalanya perubahan yang dilakukan ternyata sering tidak cocok dengan struktur organisasi.

Hal ini dapat menciptakan ketidak senangan dan pemutusan hubungan diantara para anggota organisasi akibanya terjadi penurunan produktifitas lebih banyak kecelakaan dan tingkat perputaran karyawan yang tinggi.

Penggabungan pendekatan struktural dan pendekatan teknologi (teknostruktural) bermaksud memperbaiki prestasi melalui perubahan berbagai aspek, baik struktur organisasi maupun teknologinya, contohnya pengenalan teknologi baru yang diikuti pengorganisasian kembali bagian-bagian menjadi lebih kecil.





3. Pendekatan orang

Pendekatan orang bermaksud untuk mengubah secara langsung perilaku karyawan melalui pemusatan pada keterampilan sikap, prsepsi dan pengharapan mereka, sehingga dapat melaksanakan tugas dengan efektif.





Konsep pengembangan Organisasi


1. Pengertian Pengembangan Organisasi (OD)


a. Strategi untuk merubah nilai-nilai daripada manusia dan juga struktur organisasi sehingga organisasi itu adaptif dengan lingkungannya.


b. Suatu penyempurnaan yang terencana dalam fungsi menyeluruh (nilai dan struktur) suatu organisasi.





2. Mengapa Pengembangan Organisasi (OD) Perlu Dilakukan?


Dalam kenyataannya organisasi seringkali terjadi stagnan yang disebabkan keengganan manusia untuk mengikuti perubahan, dimana perubahan dianggap bisa menyebabkan dis equilibrium. Hal ini mengakibatkan patologi dalam organisasi sehingga perlu dilakukan evaluasi, adaptasi, kaderisasi dan inovasi.


Sebab-sebab penolakan/ penentangan terhadap perubahan adalah :


a. Security

Merasa tidak aman dengan kondisi baru yang belum diketahui sehingga perlu penyesuaian.


b. Economic (berkaitan dengan untung rugi)

Organisasi cenderung menolak perubahan karena tidak mau menanggung kerugian dengan adanya perubahan.


c. Psikologis dan budaya/kebiasaan


· Persepsi

Persepsi yang salah bisa menjadi sumber terjadinya sikap menentang terhadap perubahan.


· Emosi

Emosi akan menimbulkan prasangka sehingga cenderung menolak perubahan.


· Kultur

Berguna sebagai dasar dalam menilai hal-hal baru yang diterimanya.





Faktor –faktor penyebab dilakukannya pengembangan organisasi adalah :


a. Kekuatan eksternal


· Kompetisi yang semakin tajam antar organisasi.


· Perkembangan IPTEK.


· Perubahan lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial yang membuat organisasi berfikir bagaimana mendapatkan sumber diluar organisasi untuk masa depan organisasi.


b. Kekuatan internal

Struktur, sistem dan prosedur, perlengkapan dan fasilitas, proses dan sasaran bila tidak cocok akan membuat organisasi melakukan perbaikan. Perubahan organisasi dilakukan untuk mencocokkan dengan kebutuhan yang ada.





Didalam OD terdapat pendekatan integratif yaitu :


a. Adanya organisasi dan manajemen yang terencana ke arah organisasi dan manajemen yang manusiawi.


b. Adanya perkembangan konsepsi latihan kepekaan dan studi laboratorium. Pemikiran ini didahului oleh Kurt Lewin mengenai Counter Group bergeser pda Incounter Group. Hal ini dirasa tidak bisa membantu didalam prakteknya.


c. Pengembangan potensi manusia.







Geseran didalam OD terjadai pada nilai, proses dan teknologi.


a. Geseran / perubahan nilai yang dibawa OD diantaranya adalah:


· Penggunaan seluruh sumber-sumber yang tersedia.


· Pengembangan potensi manusia.


· Efektivitas dan kesehatan organisasi.


· Pekerjaan yang menarik dan menantang.


· Kesempatan untuk mempengaruhi lingkungan kerja.


· Penerimaan terhadap kemanusiaan.

Nilai yang dicari untuk mengembangkan OD adalah nilai yang dianggap tepat, benar dan baik dalam pengelolaan SDM.





b. Geseran proses meliputi:


· Proses efektif


· Proses manajemen


· Proses pelaksanaan kerja





c. Geseran teknologi yang diutamakan adalah teknologi yang bisa menjawab kualifikasi posisi manusia.





3. Karakteristik Pengembangan Organisasi


a. Keputusan penuh dengan pertimbangan.


b. Diterapkan pada semua sub sistem manusia baik individu, kelompok dan organisasi.


c. Menerima intervensi baik dari luar maupun dalam organisasi yang mempunyai kedudukan di luar mekanisme organisasi.


d. Kolaborasi.


e. Teori sebagai alat analisis.





4. Langkah-Langkah Pengembangan Organisasi


a. Penilaian keadaan.


b. Pemecahan masalah.


c. Implementasi.


d. Evaluasi.





ACTION RESEARCH (PENELITIAN TINDAKAN)


Action Research merupakan tindakan pemecahan masalah organisasi yang dilakukan dengan berbasiskan data maupun model-model teori.


A. Tahap Penilaian Keadaan.


Didalam mengembangkan action research pada pengembangan organisasi menggunakan pendekatan sistem yang terdiri dari 4 komponen (Karl Albrecht) yaitu:


1. Sistem sosial


a. Orang-orang yang menjadi anggota organisasi.


b. Kekuatan formal dalam organisasi.


c. Nilai-nilai yang hidup dalam organisasi.


d. Norma-norma.


e. Sistem ganjaran.


f. Iklim sosial.


g. Jaringan komunikasi.





2. Sistem teknik


a. Orang-orang sebagai faktor produksi.


b. Fasilitas-fasilitas yang dipakai dalam faktor produksi.


c. Sumber modal.


d. Bahan mentah.


e. Arus kegiatan/ kerja.


f. Metode dan prosedur kerja.





3. Sistem administrasi


a. Orang-orang yang melakukan aktivitas pekerjaan.


b. Struktur organisasi.


c. Unit-unit yangada dalam organisasi.


d. Media yang digunakan dalam penyampaian informasi.


e. Arus informasi.





4. Sistem strategi


a. Kelompok manajemen puncak.


b. Hubungan hierarkhi.


c. Sistem perencanaan.


d. Petunjuk tertulis tentang prosedur kerja.


e. Sistem informasi manajemen.





Selain 4 komponen pendekatan system diatas, untuk mengadakan penilaian keadaan dapat pula dengan mempertimbangkan gaya kepemimpinan dan pengembangan kelompok.


B. Tahap Pemecahan Masalah


1. Perumusan pemecahan masalah


a. Permasalahan yang hendak dipecahkan dicari gejala permasalahannnya.


b. Apakah yang harus diubah untuk memecahkan permasalahan tersebut.


c. Sasaran apa yang diharapkan dari perubahan dan bagaimana sasaran itu diukur.


2. Peroleh data.


3. Analisa data.





C. Tahap Implementasi


Didalam tahap implementasi ini ada 3 pendekatan yang bisa dilakukan yaitu:


1. Share power (karyawan/ staf dan pimpinan mempunyai posisi yang sama dalam pengambilan keputusan).


2. Delegated (seberapa jauh karyawan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan)


3. Unilateral (tidak melibatkan karyawan)

Sedangkan Albrecht menitik beratkan tahap implementasi pada model “gelandang eksekutif” yaitu yang melakukan pengembangan dalam organisasi adalah pihak eksekutif (top manajer) dimana setiap anggota top manajer harus memberikan perhatian dan tanggungjawab pada pelaksanaan kerja. Tugas dari gelandang eksekutif itu sendiri adalah:


a. menyetujui agar setiap pekerjaan dapat dilaksanakan.


b. Meminta sumbangan pemikiran dari berbagai eksekutif.





D. Tahap Evaluasi

Tujuan :


1. Kesinambungan program.


2. Usaha membandingkan hasil dengan aktivitas yang dilakukan.





Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap evaluasi:


1. Peninjauan Program.

Artinya setiap kegiatan harus dikaitkan dengan keseluruhan program.


2. Menentukan fakta baru.

Artinya harus melihat kembali 4 komponen pendekatan sistem.


· Sistem sosial (menyangkut norma dan nilai yang tumbuh dalam organisasi)


· Sistem teknik (menyangkut perubahan dan mencari nilai positif dari perubahan).


· Sistem administrasi (berkaitan dengan informasi dari pimpinan ke staf/karyawan atau sebaliknya apakah ada hambatan atau tidak).


· Sistem strategi.


Keempatnya dikaitkan dengan meningkat atau menurunnya produktivitas sehingga akan dapat diketahui berhasil atau tidaknya tujuan organisasi.


3. Mementingkan yang positif.


4. Lebih memfokuskan pada hal-hal yang sedang berlangsung.


5. Menciptakan penghargaan dan keyakinan bahwa keadaan akan menjadi baik.



Sumber :
http://cyberworksite.com/pengertian-jaringan-komunikasi/
http://dc349.4shared.com/doc/GoYD9zMw/preview.html
http://pyia.wordpress.com/2010/01/03/tugas-teori-organisasi-umum/
http://tips-belajar-internet.blogspot.com/2009/08/tipe-tipe-pengawasan.html
http://jandakembangs.blogspot.com/2012/01/perubahan-dan-pengembangan-organisasi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar